Sunday, September 18, 2016

Rumah merah ini


Saya tinggal di kawasan dimana rumah ini berada tapi walau begitu saya tidak pernah ada kesempatan lewat jalan ini dengan jalan kaki. Sampai pada suatu saat sekitar tahun 2008 saya iseng pulang jalan kaki dari supermarket terdekat, waktu tempat ini masih berupa TK yang terbengkalai yang sangat berantakan di penuhi alang2, pagarnya tidak terlihat imut dan cerah seperti TK pada umumnya tapi terlihat seperti candi berwarna hitam batu karang lengkap dengan ukiran2nya.

Sejak pertama keliatan saya tidak pernah melepas pandangan ke tempat itu karena energinya yang aneh, teman saya sendiri tidak merasa ada yang aneh dengan tempat itu jadi cuek aja selama saya terus ngeliatin tempat itu sambil jalan, lumayan lama karena tempat itu berada di belokan, jadi seperti mengitari setengah dari tempat itu. Saya sering ngelewatin tempat terbengkalai yang bahkan keliatan lebih parah tapi tidak se-aneh bekas TK itu

Daripada kebanyakan disebut sebagai 'tempat itu' mending kita sebut saja Rumah Resang, karena dibelakang rumah itu ada rawa kecil bernama Resang (tidak diketahui darimana nama itu berasal).

Sampai di rumah saya tanya emak saya yang ibunya (nenek saya) orang asli kawasan situ sejak jaman Belanda; "Itu tempat apa sih?" Tanya saya. Ya TK, dulunya itu rumah kosong yang di duga ada sejak jaman belanda (berdirinya tepat di Rumah Resang itu), pemiliknya ada tapi tinggal di daerah Kota, di belakang rumah itu ada rawa kecil bernama Resang, disekitar rumah kosong dan rawa itu cuma ada pohon2 besar, kalaupun ada beberapa rumah tetangga tapi cukup jauh dari situ. Kalo ditanya angker atau tidak waktu itu jawabannya tidak. Tapi ada sedikit cerita, pada tahun 1960-an di dekat rumah kosong itu pernah ada pembantaian biawak besar yang dagingnya di bagikan ke masyarakat sekitar untuk obat, tidak diketahui biawak besar itu berasal dari mana, mungkin kiriman dari sungai yang berada tak jauh dari situ.

1970-an (kira2) TK mulai dibangun, entah ngontrak atau beli yang jelas itu bikin daerah ini punya landmark dan menghilangkan kesan sepi. Walau begitu rumah di sekitar situ masih sangat jarang, jalan tanah juga rawa dan pepohonan besar masih menguasai daerah itu, bagusnya sungai disana masih bersih.

Sampai sekarang emak saya hafal siapa aja segelintir orang yang tinggal di kawasan itu, rumahnya saling berjauhan tapi jaman dulu itu disebut sebagai tetangga terdekat.

Untuk pemilik rumah merah yang merasa di bicarakan tolong jangan marah, saya cuma cerita sejarah tempat itu dan saya tidak bilang rumah itu angker atau gimana, karena yang saya rasakan sejak rumah merah itu dibangun energi anehnya tidak terasa lagi, auranya normal seperti rumah2 lainnya.


No comments:

Post a Comment